Kelas akselerasi adalah kelas percepatan pembelajaran yang disajikan kepada peserta didik yang memiliki kemampuan lebih atau istimewa dengan materi-materi atau kurikulum yang padat sehingga dalam waktu lebih pendek mereka dapat menyelesaikan pendidikannya.
Belajar akselerasi adalah belajar yang dilakukan dengan waktu yang lebih pendek tanpa mengurangi materi yang seharusnya dipelajari. Jika pembelajaran akselerasi berhasil dalam pelaksanaannya dimana tujuan yang diharapkan juga tercapai maka diperoleh beberapa segi positif yaitu:
- Peserta didik yang potensial dapat menyelesaikan pendidikannya lebih cepat dari waktu biasanya.
- Efisien dalam waktu.
- Efisien dalam biaya.
A. Prinsip-Prinsip Belajar Akselerasi
Prinsip-prinsip belajar akselerasi menurut Dave Meier (Pusdiklat Depdiknas,2008) menulis prinsip pokok pembelajaran akselerasi, yaitu:
- Adanya keterlibatan total pembelajar dalam meningkatkan pembelajaran.
- Belajar bukanlah mengumpulkan informasi secara prinsip, melainkan menciptakan pengetahuan secara aktif.
- Kerjasama diantara pembelajar atau peserta didik sangat membantu meningkatkan hasil belajar.
- Belajar berpusat aktivitas lebih sering berhasil daripada belajar yang berpusat hanya pada teori.
- Belajar yang berpusat pada aktivitas dapat dirancang dalam waktu yang jauh lebih singkat daripada waktu yang diperlukan untuk merancang pengajaran dengan teori saja.
A. Penerapan Strategi Kognitif dalam Pembelajaran Akselerasi
Strategi kognitif adalah keterampilan kognitif untuk memilih dan mengarahkan proses-proses internal dalam belajar dan berfikir ( Windiyani, 2008) Tuntutan agar pembelajaran Akselerasi mampu memenuhi harapan sebagaimana diuraikan diatas antara lain dapat dipenuhi dengan mengupayakan proses pembelajaran sedemikian rupa. Salah satu upaya yang dapat dipilih adalah menerapkan strategi kognitif dalam proses tersebut. Pembelajaran strategi kognitif menurut Edutech Wiki, adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan perkembangan berfikir dan proses-proses sebagai suatu alat untuk meningkatkan belajar. Strategi kognitif berkembang berdasarkan paradigma konstruktivistik dan teori metakognisi, kedua hal tersebut melahirkan prinsip reflaction in action. Menurut Schon ( Pusdiklat Depdiknas, 2008) reflaction in action adalah refleksi dari pengalaman peserta didik dalam pemecahan masalah yang pernah dihadapi untuk menghadapi masalah-masalah baru. Proses reflaction in action pada dasarnya merupakan gambaran tentang proses belajar, bahwa proses belajar diawali dengan pengalaman nyata yang dialami oleh si pembelajar, pengalaman tersebut direfleksi secara individual, dengan demikian pada dasarnya proses pembelajaran strategi kognitif merupakan proses reflaction in action.
B. Peran dan Tugas Guru dalam Belajar dan Pembelajaran Akselerasi
Agar pembelajaran startegi kognitif betul-betul efektif, maka ada beberapa ketentuan yang harus diikuti oleh seorang pengajar atau guru, antara lain:
- Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian.
- Menyedikan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa.
- Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukan apakah pemikiran si siswa jalan atau tidak.
C. Kelas Akselerasi
1. Persyaratan Mengikuti Kelas Akselerasi
Persyaratan untuk masuk kelas akselerasi ada beberapa hal yang harus dipenuhi yaitu standar tes IQ harus di atas 130, nilai rata-rata UN harus 8,00 dan standar tes akademik harus di atas 7,00.
2. Penyelenggaraan Kelas Akselerasi
Kelas akselerasi dirancang menjadi kelas unggulan, dalam satu kelas akselerasi seyogyanya hanya dihuni oleh 15 sampai 20 siswa pilihan, siswa yang bakat intelektualnya tinggi, siswa tersebut sudah melalui tahapan-tahapan seleksi. Sekolah yang membuka kelas akselerasi harus menyelenggarakan pembelajaran di kelas berbeda untuk mata pelajaran MIPA. Pembelajaran MIPA juga harus menggunakan pengantar Bahasa Inggris dan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. siswa kelas akselerasi harus melewati pelajaran yang diberikan selama 1 semester (6 bulan) dilaksanakan dalam waktu 1 catur wulan (3 bulan).
D. Kelebihan dan Kelemahan Kelas akselerasi
Penyelenggaraan kelas akselerasi yang sudah diujicobakan beberapa tahun terakhir masih mengandung pro dan kontra. Beberapa kelebihan dan kelemahan mengiringi penyelenggaraan kelas akselerasi itu.
1. Kelebihan Kelas Akselerasi
- Siswa kelas akselerasi bukan sekadar program percepatan tahun bersekolah, melainkan merupakan pengayaan dan pendalaman bagi anak.
- Peserta didik yang potensial dapat menyelesaikan pendidikannya lebih cepat dari waktu biasanya.
- Siswa yang bakat intelektualnya tinggi dibantu secara khusus, sehingga mereka mendapatkan pengajaran lebih sesuai dengan bakatnya.
- Meningkatkan waktu untuk karier
- Adanya pengurangan waktu belajar akan meningkatkan produktifitas siswa, penghasilan, dan kehidupan pribadinya. ( Southren dan Jones, 2004).
2. Kelemahan Kelas Akselerasi
- Stigmisasi pada diri siswa yang ada dikelas reguler , dalam sebuah kesatuan lingkungan, bisa dikatakan bahwa kelas reguler adalah kelas yang relatif jelek bila dibandingkan dengan kelas akselerasi.
- Timbulnya budaya inferior, muncul kelas eksklusif, arogansi, dan elitisme. Dengan kondisi yang betul-betul berbeda dengan segenap potensi intelektual yang lebih tinggi, jelas siswa-siswa kelas akselerasi akan jauh lebih berprestasi dibanding kelas reguler. Inferioritas pun mudah menghinggapi siswa-siswa kelas reguler, dan sebaliknya ekskluvisme, arogansi, dan elitisme akan mudah melekat pada diri siswa kelas akselerasi. Masing-masing siswa membentuk group reference mereka sendiri-sendiri.
- Terjadi dehumanisasi pada proses belajar di sekolah. Materi pelajaran yang diselesaikan oleh siswa reguler selama satu tahun harus dilalap habis siswa akselerasi selama satu semester. Dengan alokasi waktu yang jauh lebih pendek ini mau tidak mau siswa harus belajar keras. Segi intelektualitas, potensi mereka memang memungkinkan. Tetapi, mereka bukanlah mesin yang bisa diset untuk hanya melakukan satu aktifitas.
- Siswa kelas akselerasi tidak memiliki kesempatan luas untuk belajar mengembangkan aspek efektif,padatnya materi yang harus mereka terima, banyaknya pekerjaan rumah yang harus mereka selesaikan, ditunjang kemampuan intelektual yang mereka miliki dan teman-teman sekelas yang rata-rata pandai, membuat iklim kerjasama mereka menjadi terbatas. Mereka beranggapan bahwa mereka dapat menyelesaikan tugas-tugas tersebut sendiri. ( Bernas, 18 Maret, 2004).
E. Perbedaan Belajar Secara Akseleratif dengan Belajar Secara Tradisional
Belajar akselerasi dalam hal tujuan dan materi pembelajaran sama dengan belajar tradisional, namun keduanya berbeda dalam beberapa hal. Perbedaan keduanya selain dalam hal waktu, telah diidentifikasi oleh Maier (Pusdiklat Depdiknas, 2008), sebagaimana dikemukakan berikut ini:
1. Belajar tradisional memiliki karakteristik:
- Bersifat kaku
- Suasananya muram dan serius
- Situasi persingan ketat
- Menggunakan satu jalan
- Bersifat behavioristik
- Aspek verbal diutamakan
- Bersifat dikendalikan
- Lebih mementingkan materi
- Berdasarkan waktu
2. Belajar secara akseleratif memiliki karakteristik:
- Bersifat fleksibel
- Suasananya gembira
- Menggunakan banyak jalan
- Mementingkan tujuan
- Melatih kerja sama
- Bersifat humanistik
- Mengfungsikan multri indrawi
- Bersifat mengasuh
- Lebih mementingkan aktifitas
- Berbagai aspek diperhatikan
- Berdasarkan hasil
Studi Kasus Pengalaman di Kelas Akselerasi
- Pengalaman Mengajar di Kelas Akelerasi
Kelas akselerasi di SD Bina Insani, Bekasi dari awal mengundang pro - kontra, bahkan ada beberapa murid yang mengundurkan diri walaupun sudah memenuhi semua kriteria penilaian yang dilakukan. Sedangkan saya sejak awal memutuskan untuk mengikuti saja alur yang ada. Bram adalah angkatan ke II kelas akselerasi. Sesuatu yang baru dan sulit dibayangkan karena siswa harus melewati pelajaran yang diberikan selama 1 semester dilaksanakan untuk 1 catur wulan.
Genta juga kebetulan masuk di kelas akselerasi. Karena ini adalah yang kedua saya cenderung lebih tenang dalam mengatur waktu belajar dan menentukan langkah-langkah yang mesti diambil. Di samping beberapa kekurangan yang ada, misalnya anak di kelas ini cenderung berbangga berlebihan dan over acting dalam menyikapi perbedaannya dibanding kelas lain, namun saya rasa banyak juga manfaat dan kelebihannya. Kekurangan ini bisa diatasi dengan pemantauan sikap dan tingkah laku secara intens dari orangtua dalam hal ini adalah saya sendiri yang selalu menekankan nilai-nilai kebaikan yang mesti dilakukan oleh anak. Alhamdulilah tidak ada masalah, sebab saya sekuat tenaga berusaha mendampingi mereka dengan tidak terlalu banyak tuntutan dan menekan anak.Namun jika sebaliknya justru akan memberikan banyak sekali efek negatif pada tingkah laku dan kepribadian anak, seperti yang selalu saya amati pada teman-teman Bram dan Genta dan bahkan saya pun pernah melakukannya pada Bram di awal-awal semester, dan saya segera bisa merubah dan memperbaiki diri.
Sedangkan untuk Aurora, tidak bisa masuk kelas akselerasi, karena nilai afektif, kognitif, dan psikomotoriknya yang masih belum memenuhi kriteria. Nilai raport kelas 1 dan 2 nya juga masih ada nilai 7 nya walaupun hanya beberapa dan rata-rata nilainya pun masih 8. Biasanya kalau keduanya sudah terpenuhi bisa melanjutkan ke test IQ dengan persyaratan minimal score IQ : 125. Hal ini sebenarnya sudah saya sadari sejak awal, dan tidak menjadi masalah karena tiga tahun ke depan saya jadi tidak memikirkan 3 anak yang ujian, tetapi hanya 2 anak. Sebab jarak umur ketiganya adalah 3 tahunan. Aurora memang cenderung sulit memfokuskan perhatian dan sulit berkonsentrasi. Memang anak selalu mempunyai keunikan tertentu.
Hal penting yang saya peroleh dan saya amati dari kedua anak yang pernah ada di kelas akselerasi:
1. Cenderung lebih mature, karena mentalnya ditempa dengan tugas tugas banyak dan ulangan-ulangan yang jadwalnya padat.
2. Lebih percaya diri, karena setidaknya dia bisa melakukan hal yang tidak banyak dilakukan orang lain
3. Daya saingnya tinggi, dan selalu tahu bahwa dia harus punya target walaupun target tidak selalu tercapai.
4. Memiliki kebanggaan diri, yang menurut saya merupakan hal penting di masa depan saat dia harus terjun pada persaingan di masyarakat. Sehingga setidaknya dia sudah memiliki target tinggi dan memberi nilai tinggi pada dirinya sendiri, sehingga anak akan memiliki target kemajuan yang cenderung lebih tinggi dibanding orang lain.
5. Sudah terbiasa dengan kegagalan, dan tetap terus berusaha meraih yang lebih baik. Tidak mudah kecewa jika gagal karena memang selalu berada pada lingkup persaingan tinggi, yang memungkinkan anak bisa berhasil dan sering juga mengalami kegagalan.
5. Sudah terbiasa dengan kegagalan, dan tetap terus berusaha meraih yang lebih baik. Tidak mudah kecewa jika gagal karena memang selalu berada pada lingkup persaingan tinggi, yang memungkinkan anak bisa berhasil dan sering juga mengalami kegagalan.
6. Memiliki cita-cita dan gambaran citra dirinya dengan jelas, dan mampu memutuskan pilihan jalur yang akan mereka lalui. Meskipun kadang saya sulit untuk tidak intervensi terhadap pilihannya. Tapi dengan pasti anak memiliki cita-cita yang sesuai dengan keinginan dan saya harus terus berusaha menarik diri dari intervensi pilihannya.
7. Tetap fokus pada peraihan nilai tinggi yang pencapaiannya merupakan hasil proses yang telah mereka lakukan. Karena mereka tahu bahwa pembelajaran ini tetap harus jadi yang utama. Jadi jika nilai tidak tercapai maka mereka tetap berusaha untuk periode berikutnya. Menurut saya kalau anak sudah tidak fokus pada hal ini, maka anak akan sulit melakukan proses yang wajib dilalui.
Saya rasa pengalaman di kelas akselerasi betul-betul pengalaman yang berharga buat mereka, banyak kekurangan dan banyak pula kelebihan, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Menjadi anak dengan pribadi utuh, seimbang, dan potensial, itu tujuan yang utama. Bisa bekerjasama dalam tim dan mampu membentengi diri terhadap pengaruh negatif di sekitarnya. Saya rasa ini cita-cita yang tidak muluk-muluk. ( Ririn, 13 Maret, 2010 '09 12:27 PM)
- Pengalaman Belajar dikelas Akselerasi
Kalau normalnya siswa SMU menamatkan studinya selama 3 tahun, tidak demikian dengan sebagian murid di SMU 1 Padang. Kalau memiliki kemampuan, saya dapat menyelesaikan waktu tiga tahun tersebut dengan dua tahun saja dengan nilai yang tinggi.
Hari itu hari Sabtu, ribuan siswa SLTA berpakaian pramukanampak baru selesai melaksanakan rutinitasnya menuntut ilmu demi masa depannya. Mereka begitu ceria untuk segera pulang melepaskan lelah dan suntuk, lalu berencana rileks karena besok adalah hari libur. Tentu saja sebagai remaja yang mulai beranjak dewasa mereka juga telah berencana dengan teman atau pacar untuk melepas hari-hari suntuk dan melelahkan tersebut, namun tidak demikian halnya dengan saya, nama Saya Andi saya siswa kelas 2 SMU 1 Padang, saya masih harus melanjutkan pelajaran yang masih tersisa. Budaya Alam Minangkabau adalah mata pelajaran wajib yang yang menjadi kesukaan
sebagian besar kelas akselerasi tempat saya belajar dengan semangat ekstra.
Semua pelajaran yang dibebankan kepada kelas akselerasi harus dihadapi dengan ekstra semangat dan ekstra kerja keras. Hal ini seakan sudah biasa dalam sebuah persaingan lokal yang terdiri dari siswa-siswa yang ber-IQ 135 keatas.
Lokal akselerasi adalah lokal yang diprogram tamat selama dua tahun. Untuk memotong waktu yang tiga tahun menjadi dua tahun maka siswanya diberikan pembelajaran padat yang seintensif mungkin, ujarnya.
Namun untuk dapat masuk ke dalam kelas akselerasi ini juga tidak gampang karena
menuntut syarat yang juga lebih. Di samping tingkat IQ yang mesti melebihi 135,
calon siswanyapun harus melewati serangkaian tes.
Pada kelas akselerasi yang saya ikuti, bahasa pengantarnya yang disajikan dalam Bahasa Inggris, staf pengajarnya pun terdiri dari guru-guru yang unggul dan terpilih.
Saya dan teman-teman yang lain yang masuk kelas akselerasi hanya masuk sekolah dari hari Senin sampai Jumat, sedangkan pada hari Sabtu Kami diajarkan pelajaran tambahan seperti, Budaya Alam Minangkabau, dan mata pelajaran ekstra seperti bahasa Inggris, jadi kami tidak perlu lagi mengikuti les tambahan di luar, karena apa yang kami dapatkan saat ini sudah jauh lebih baik dari apa yang akan mereka (siswa kelas reguler) dapatkan pada bimbingan belajar lain.
Dengan lengkapnya fasilitas yang diberikan juga berdampak pada biaya sekolahnya (SPP), dimana kami harus membayar sekitar 200 ribu perbulan. Tapi sekali lagi, itu sangat setara dengan apa yang kami dapatkan.
Tentu saja hal yang sangat membanggakan kalau sekiranya dapat masuk ke kelas akselerasi atau unggulan di sekolah unggulan tersebut. Tapi bukan hanya kebanggaan saja yang bakal didapat, sederet fasilitas lain juga akan diperoleh. Dengan keintensifan dan padatnya materi yang diberikan, kami tidak perlu takut lagi mengikuti SPMB karena standar pembelajaran melebihi standar soal SPMB.
Itulah sebabnya sampai lulusan ketiga ini 100 persen siswanya selalu lulus di perguruan tinggi favorit di Indonesia, baik melalui jalur PMDK maupun SPMB, dan sebagian lagi memilih melanjutnya ke luar negeri. (Andi Siswa kelas 2 SMU 1 Padang Sabtu, 02-Juli-2005, 12:13:55)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar